
Yeay, kembali menulis di blog baru ini, masih untuk memenuhi Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Maret 2021. Tantangan bulan ini cukup membuat saya bernostalgia akan masa muda. Belasan tahun lalu, jaman jaman masih polos tapi merasa udah dewasa banget karena udah kuliah, hehe
Pertama-tama mungkin saya ingin memberi disclaimer terlebih dahulu, jangan mengharapkan tulisan ini akan bercerita tentang pemilihan jurusan berdasarkan minat bakat dan hubungannya dengan karakteristik jurusan. Jangan ya, karena saat itu saya juga tidak tahu apa itu Teknik Lingkungan (TL), hihi. Sebenarnya hal itu pula lah yang membuat saya memberi tambahan tanda kurung dan tanda tanya pada kata ‘memilih’ karena saya merasa tidak memilih tapi dipilihkan oleh Allah.
Lah, kok bisa? Memangnya tiba-tiba datang seperti ilham gitu, lalu tiba-tiba keterima di TL? ya ga gitu juga, tetap ada proses ikhtiar. Apa tu? ya minimal menulis kode jurusan dan menghitamkan angka-angkanya di formulir pendaftaran Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) – oke mulai ketauan era mana saya ikut ujian ya 😄. Saya tidak begitu tau apa itu TL, tapi kalau ikut tes dimana-mana (kebetulan ikut seleksi di Perguruan Tinggi Swasta (PTS) juga), TL ini saya jadikan pilihan kedua agar pilihan jurusan tidak kosong saja.
Jadi, masa-masa itu adalah masa-masa dimana saya kehilangan percaya diri, saya merasa 3 tahun sekolah itu ga paham apapun juga, jangankan SPMB, lulus SMA aja ragu. Ada satu perkataan teman sebangku saya (yuuhuuu Erma, dimanakah kamu berada?), yang sampai sekarang masih terngiang di telinga saya, perkataan yang bisa bikin saya sedikit bangkit dari keterpurukan (biasalah remaja galau)
“Din, kalaupun di sekolah ini ada yang tidak lulus, itu bukan kamu!”.
Dari situ saya mulai membuka diri, belajar lagi dengan cara saya, mulai membaca baca tentang jurusan, dan mulai punya pilihan ke jurusan yang menurut saya waktu itu tidak terlalu eksak. Harus ITB? ga juga, walau ayah saya alumni ITB tidak pernah sekalipun terlontar kata kata yang mengharuskan saya kuliah di ITB. Hal yang menjadi pembatas pilihan saya waktu itu adalah lokasi, inginnya di Bandung saja biar biaya tidak terlalu mahal juga. Saat itu akhirnya saya punya satu pilihan jurusan di IPA dan satu pilihan jurusan di IPS, dua duanya memiliki lokasi kuliah di Kota Bandung. Berarti saya harus pilih IPC, nah kalau IPC berarti perlu ada 3 pilihan, butuh satu pilihan lagi yang saya belum tau apa, yang penting di Bandung. Tapi justru itulah yang menjadi asal usul jalan panjang yang akan saya tempuh selanjutnya 😁.
Mengapa TL?

Ilham bisa datang darimana saja kan ya? Salah satunya, ntah kenapa saya teringat terus bahwa TL sempat disebut oleh seorang psikolog ketika saya sedang konsul hasil psikotes minat dan bakat saya saat itu.
“Kamu cocok deh di teknik, cobalah ke Teknik Lingkungan, xxx, xxx atau xxx”
Jurusan xxx apa saja yang disarankan oleh bu psikolog itu saya tidak ingat, yang nempel di otak hanya TL. Namun, apapula lah itu teknik lingkungan?, yang terpikir saat itu adalah mungkin akan belajar tentang pohon, hutan, satwa dan semacamnya. Siapa tau bisa mendukung kalau nanti mau jadi aktivis lingkungan, seperti Mia Thermopolis, salah satu tokoh unik yang saya suka dari sebuah novel yang saya baca saat itu. Jadi boleh lah dicoba sebagai bumper. (Padahal beda banget sodara-sodara dan itu baru saya tau belakangan hihihi.)
Kemudian ‘kode’ selanjutnya datang dari dokter mata, saat periksa buta warna di RS Cicendo, beliau bertanya tentang jurusan, mengapa membutuhkan surat bebas buta warna. Ya, dengan terus terang saya jawab Teknik Lingkungan, eh, malah dokternya sumringah dan semangat sekali.
“Wah!, bagus sekali itu pilihannya, daritadi saya bosan rata-rata mau ke kedokteran, masa semua orang jadi dokter ya? strategi yang baik, semoga sukses ya ujiannya!”
Padahal dalam hati, saya bergumam “ya, klo jd dokter ga mahal sy jg mau milih kedokteran, kenyataannya saya ga tega sama ortu, lagian ini pilihan kedua untuk memenuhi kolom pilihan jurusan saja“.
Saat ujian SPMB berlangsung, sebenarnya saya sudah lulus di jurusan yang saya inginkan di salah satu PTS yang saya coba. Oleh karena itu, target saya di SPMB tidak muluk-muluk, cukup pilihan 3 yaitu salah satu jurusan di IPS, karena klo IPA sepertinya wassalam deh, try out aja ga pernah masuk, beda dengan try out yang IPS beberapa kali dapat 5 besar, hihi. Setelah ujian SPMB selesai, dan merasa sepertinya hasilnya kurang baik, saya sudah tidak mengharap apapun dari SPMB, bahkan saya sudah daftar ulang di PTS yang saya sebutkan tadi.
Pengumuman SPMB
Pengumumannya waktu itu malam, lupa jam berapa, sepertinya setelah magrib. Tegang?, sedikit karna ternyata pengen tau juga hasilnya. Tapi karena yang akses internet belum seperti sekarang, malas juga rasanya nongkrong di warung internet (warnet) untuk mengetahui hasilnya, ga akan berubah kalau memang rejeki, jadi kami (saya dan ibu saya) memilih untuk melihat hasilnya di koran keesokan harinya. Tapi tiba-tiba ayah saya yang kebetulan waktu itu bertugas di luar kota, menelepon ke rumah untuk minta nomor ujian, ternyata beliau punya akses internet yang mudah dijangkau. Dulu telepon interlokal itu mahal ya, internet pun lama loadingnya, jadi ditutup dulu deh teleponnya.
Deg-degan menunggu telepon kembali berdering, saya mematung dekat telepon untuk mendengar kabar selanjutnya, tidak lupa memegang daftar kode jurusan, walau sebenarnya saya ingat kode pilihan 1 dan 3, kode TL? mana saya ingat wkwkwk. Dan telepon pun berdering lagi, saya angkat dan ayah saya langsung memberi selamat,
“Selamat ya sudah keterima jadi mahasiswa, ini kodenya xxxxxx, itu jurusan apa?“
Wah, 3 digit kode awalnya itu menunjukkan ITB, tp bukan jurusan pilihan pertama, berarti pilihan kedua, wah TL? masa sih?, cek dulu deh siapa tau salah ngebuletin, atau salah inget kode jurusan pilihan pertama. Akhirnya saya mencari nomor yang sama dengan hasil ujian saya di list, Tidak ketemu dong itu kode jurusan apa, sampai diulang beberapa kali pelan-pelan sampai yakin bahwa itu benar kode jurusan Teknik Lingkungan, ITB. Keesokan harinya saya dapat telepon dari nenek saya dan memberi selamat juga, padahal saya belum pernah memberitahu nomor ujian saya, ternyata beliau mencari nama saya satu persatu di antara ribuan nama yang terpampang di koran pakai suryakanta! Ya Allah, Mbah, bikin terharu banget!.
Dan akhirnya saya jadi mahasiswa Teknik Lingkungan ITB. Alhamdulillah! Saat itu ternyata jurusan ini cukup populer di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), dan ternyata kuliahnya disatukan dengan Teknik Elektro dan Teknik Kimia, wow! (mungkin satu-satunya angkatan yang TPBnya disatukan lintas fakultas).
Dari situ barulah saya mencari tahu Teknik Lingkungan itu apa, dan perlahan-lahan mulai menyukai apa yang dipelajari di dalamnya. Saya bukan anak ambis (bahasa anak jaman now untuk seseorang yang ambisius), saya tetap menerima hasil walau bukan yang saya mau, tentu yang di ambil di ITB, karena kan Perguruan Tinggi Negri ya, sppnya lebih ekonomis dari swasta (saat itu loh ya), bahkan saya sempat mendapatkan potongan uang sekolah karena peningkatan prestasi akademik. Mungkin kapan-kapan kalau ada kesempatan akan saya tulis juga perjalanan saya di TL.
Jalan Hidup

Mungkin memang ini jalan dari Allah, banyak hal yang saya dapat di TL. Saya jadi mengetahui apa passion saya, mendapat jodoh, mendapat jalan untuk berekspresi, dan mendapat tempat yang cocok untuk menjalani misi hidup saya. Saya mendapatkan ikigai saya di TL. Jalan saya tidak mulus-mulus amat, apalagi saya sebenarnya saya manusia rata-rata saja, mungkin tidak banyak teman yang tau prestasi saya apa (karna emang biasa aja). Tapi, mungkin, karena memang Allah yang pilihkan untuk saya, saya bisa bertahan sampai pada posisi saya sekarang ini.
Allah itu Maha Kuasa dan sangat menyanyangi hambaNya. Kalau bukan karena Allah, siapalah saya ini? Saya tidak pernah menyangka, jurusan yang awalnya saya tidak tau itu apa bisa mengantarkan saya ke posisi sekarang, sungguh tidak menyangka. Dan cerita ini terkadang yang membuat saya percaya bahwa manusia tetap wajib berikhtiar, bergerak sesuai kemampuannya, tapi tetap Allah yang akan menentukan hasilnya.
Masya Allah bu Doseen. Waktu zaman kakak sy juga masih zaman pengumuman di koran jadi beneran lihatin satu-satu dan ketika ketemu semua sujuud syukur. Seruuuu. Kalau zaman saya alhamdulillah internet lbh mudah dicapai, udah ada warnet. Tapi tetep juga beli koran dan cari nama sendiri wkwk 😀
LikeLike
Ngangenin jg ya teh, masa masa itu hahah
LikeLike
Masya Allah!
Ikigai, ya, teeeh! 🙂
Di balik perasaan rata-rata,
terbukti teteh istiqomah pisan.
Dilancarkan track-nya sama Allah. #lope
LikeLike
mungkin Allah kasih saya lingkungan yg selalu ada yg lebih dari saya, biar sy jadi istiqomah hehe, klo ga mungkin akan jumawa eh lalu lupa diri ahahha
LikeLike
Iyah teh, apapun itu termasuk jurusan juga dipilihkan Allah ya. Bagaimanapun Dia lebih tahu. Alhamdulillah ya teh ❤️
LikeLike
iya teh, alhamdulillahnya memang waktu itu ga ada rasa gagal/nolak karna ga masuk jurusan yg dipengen, hehe
LikeLike
Alhamdulillah. Meski anak yang biasa-biasa aja, tapi akan tetap menjadi luar biasa di mata keluarga.
LikeLike
hihi Alhamdulillah
LikeLike
Teteeh… Kereen banget… Bisa dapet ikigai nya saat kuliah… Baarakallaah teteeh 🙂
LikeLike
iya teh, awalnya saya tu ga tau mau ngapain kedepannya hahah
LikeLike
“Saya jadi mengetahui apa passion saya, mendapat jodoh” ihihihi ini teteh memang dapet jodoh sejurusan atau dapet jodoh ‘jurusan’ teh?
LikeLike
dua duanya teh hahahah
LikeLike
Akuu sering liat teh Dini karena kita satu Labtek (saya Geodesi btw),hehe..ternyata betah ya teh di TL ampe S3 dan jd dosen pula. Barakallah, teteh..saya selalu salut sama org2 yg kalo udh kecebur ya berenang gaya asik sekalian,hihi
LikeLike
Aahhh, iyaaa, pantes familiaarr hihi… Pasti kita sering ketemu di lift ya haha…
LikeLike
Masya Allah… Ikut seneng teh bacanya… Berawal dari milih jurusan bisa sampai toga strip 3 🙂
LikeLike
hihi, iya teh, Alhamdulillah
LikeLike
Adek saya juga jurusan TL di ITB teh, dan dia juga cinta mati sama jurusan S1 nya. Sampai sekarang kerjaannya juga berhubungan sama TL. Cuma bedanya dengan teteh, dia medali strip duanya malah dapat dari Tambang 😂
LikeLike
haha, iyakah, wah… ternyata ya…padahal banyak juga yang merasa kelempar karna pengennya SI dan KL, gara gara naturenya beda sendiri di FTSL 😀
LikeLike
Keren banget teeh padahal awalnya ga tau apa2 ttg TL tapi bisa terus sampai S3. Sukses selalu teh
LikeLike
Bagian paling mengharukan pas neneknya teteh nyariin nama dikoran 😍 salam kenal ya teh, saya ichy
LikeLike
Wah keren banget teh dari jurusan pilihan kedua sampe jadi dosen disana. Semoga semakin berkah ilmunya teh 🤗
LikeLike