
Halo! akhirnya kembali menulis untuk MGN, tentunya sebagai usaha untuk memenuhi Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog. Tema kali ini sedikit agak berat dan serius dibanding sebelumnya (loenya aja kali yang menyusahkan diri baca buku berat, Din!🙄) yaitu ulasan buku tentang perempuan atau yang ditulis oleh perempuan inspiratif. Nah kebetulan, buku yang saya pilih adalah buku tentang perempuan DAN ditulis oleh perempuan (yang menurut saya) inspiratif.
Nalar Kritis Muslimah

Buku yang saya pilih untuk diulas adalah buku ‘Nalar Kritis Muslimah, Refleksi Atas Keperempuanan, Kemanusiaan, dan Keislaman’. Sebenarnya buku ini bukanlah buku monograf yang berisi satu tulisan panjang dan runut, melainkan buku yang berisi kumpulan tulisan-tulisan singkat Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm. Buku ini ditulis dalam 225 halaman.
Buku ini dibagi menjadi 4 bagian sebagai berikut:
Bagian I: Agama Untuk perempuan
Bagian II: Memahami Yang Transenden
Bagian III: Kemanusiaan Sebelum Keberagaman
Bagian IV: Serpihan Renungan
Berbagai tema dibahas dalam buku ini, misalnya saja tentang kesadaran gender, perempuan dalam islam, otoritas perempuan, pernikahan, relasi suami istri dalam islam, dan lain sebagainya. Tulisannya pendek-pendek tapi cukup membuat saya merenung. Ada satu hal yang menjadi benang merah pembahasan dalam buku ini yaitu tentang keadilan gender dalam Islam. Dan itu pula lah yang membuat saya tertarik dengan buku ini.
“waaw apakah anda seorang esjewe, Din? “
“ga segitunya keleus!“
Perspektif tentang keadilan gender islam (KGI) ini adalah pengetahuan baru buat saya, selama ini ya bertanya ‘kok gitu?’. Tapi ya terima-terima saja, karena dimana-mana yang dominan disampaikan kan seperti itu? Kalau dari Women’s Ways of Knowing mungkin saya waktu itu masih dalam tingkatan subjective knower dalam The Five Stages of Knowing (eaaa, perlu bahas ini lebih lanjut tak kengkawan?), jadi saya banyak bertanya-tanya tentang keperempuanan dalam agama saya selama ini, kok gini dan kok gitu? Tapi masih ditelen sendiri bulat-bulat, karna bingung mau nanya ke siapa dan takut jadi orang yang melampaui batas.
Nah bu Nur Rofiah ini sangat menginspirasi saya untuk meningkatkan level pengetahuan saya tentang keadilan gender ini, rasanya seperti ada gerbang baru yang terbuka buat saya untuk belajar lagi. Ya! Membangkitkan nalar kritis saya sebagai muslimah, sesuai dengan judul bukunya. Bolehkah muslimah memiliki nalar kritis? Ternyata banyak ayat Al Quran dan Hadits yang muncul sebagai jawaban nalar kritis para shahabiyah dan para istri Rasulullah SAW loh. Jadi muslimah di jaman Rasulullah ternyata kritis-kritis pemikirannya.
Keadilan Gender dalam Islam
Jadi seperti apa sih KGI ini? apakah seperti yang selama ini digadang-gadangkan selama ini, yaitu tentang kesetaraan? Ya dan tidak!
Setara dalam artian lelaki dan perempuan adalah sama-sama makhluk Allah, yang diciptakan untuk beribadah dan taat mutlak hanya kepada Allah, bukan kepada selain Allah atau kepada Allah dan sekaligus selain Allah, hanya Allah saja. Ukuran kebaikan di hadapan Allah adalah sama untuk perempuan dan laki-laki yaitu taqwa, perempuan bertaqwa lebih baik daripada lelaki tidak bertaqwa, dan sebaliknya. Perempuan dan laki-laki, keduanya adalah subjek penuh kehidupan, sama-sama memiliki dimensi kognitif dan spiritual, sama sama khalifah fil ardh yang memiliki tugas untuk bermanfaat seluas-luasnya.
kesetaraan atau equality ini kemudian menjadi tidak relevan, ketika membicarakan standar kemaslahatan hidup. Menjadi tidak adil ketika kemaslahatan laki-laki dijadikan standar kemaslahatan untuk perempuan. Mengapa? Karena perempuan diciptakan Allah berbeda dari laki-laki. Ada 5 pengalaman biologis perempuan (menstruasi, hamil, melahirkan, nifas, menyusui) yang tidak dialami oleh laki laki. Bahkan ayat-ayat Al Quran mengakui bahwa pengalaman biologis perempuan itu berat, sakit, bahkan bisa melemahkan, dan ternyata ayat-ayat tersebut ditujukan untuk yang tidak (sedang tidak) mengalami. Itulah makanya, kemaslahatan perempuan bukan hanya perlu diusahakan oleh perempuan yang mengalaminya sendiri, tetapi juga orang-orang disekitarnya.

Gambar ini berasal dari ngaji KGI online yang diberikan oleh Ibu Nur Rofiah
Jadi bagaimana yang adil itu? tentu yang tidak membuat perempuan dengan pengalaman biologisnya itu mengalami pengalaman yang bertambah sakit/sulit. Bertambah sulit seperti apa? Misalnya saja terjadinya pengalaman sosial khas perempuan yang dialami hanya karna terlahir sebagai perempuan (sebagian juga terkadang dikaitkan dengan pengalaman biologisnya itu). Apa itu? ada lima juga yaitu stigmatisasi, marjinalisasi, subordinasi, kekerasan, dan beban ganda. Jadi dalam mengambil keputusan terkait dirinya, perempuan berhak dimintai pendapatnya, tidak lalu dipinggirkan karena pendapatnya dianggap tidak penting (marjinalisasi), atau sejak awal tidak diperhitungkan keberadaannya karena dianggap akan menyusahkan akibat pengalaman biologisnya (stigmatisasi) dan dianggap tidak akan lebih baik daripada laki-laki (subordinasi).
Siapa Dr. Nur Rofiah. Bil Uzm?
Bu Nur Rofiah adalah salah satu ulama perempuan di Indonesia, seorang dosen di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang diperbantukan sebagai pengajar di Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) Jakarta. Ia mendapatkan gelar doktor dalam bidang Ilmu Tafsir Alquran dari Universitas Ankara, Turki.
Kenapa bisa tahu Ibu Nur ini? Awalnya karena seorang teman share sebuah video tentang ghadhdhul bashar, dalam video tersebut Bu Nur membahas makna ghadhdhul bashar bila ditinjau dari segi bahasa. Beliau menjelaskan bahwa ghadhdhul bashar ini bukan sekedar menundukkan mata, tetapi juga tentang mengontrol cara pandang. Ternyata Islam menuntun kita untuk memandang lawan jenis sebagai manusia utuh yang memiliki dimensi intelektual dan spiritual, jadi bukan sekedar objek fisik (apalagi seksual) semata. Kerasa ga bedanya, antara diartikan sebagai ‘menundukan mata’ atau ‘mengontrol cara pandang’? buat saya sih sangat terasa bedanya. Dari situ saya mulai mencoba mengikuti kajian-kajian beliau, termasuk membeli buku ini karena ingin tahu lebih jauh tentang pemikiran beliau.
Siapa tahu ada yang tertarik juga, bisa mampir ke instagram Bu Nur Rofiah, Instagram Ngaji KGI, twitter, atau simak podcastnya. Kebetulan bulan ramadhan ini beliau banyak sharing di IG live.
senang membaca review teh dini … bisa mengambil hal penting untuk ditampilkan : benar sekali pendapt ini Ternyata Islam menuntun kita untuk memandang lawan jenis sebagai manusia utuh yang memiliki dimensi intelektual dan spiritual, jadi bukan sekedar objek fisik (apalagi seksual) semata.
salam semangat
LikeLike
Makasih teh Dewi, sudah mampir-mampir
LikeLike
Waaa masyaAllah … aku juga ngikutin Bu Nur Rofiah (belum lama, sih) … sukaaa. makasiih udah ngulas buku ini ya … masuk ke daftar rencana koleksi, deh … hihi
LikeLike
wahhh, sama ini juga baru ngikutin, masih terus meraba raba hehehe,
alhamdulillah kalau tulisan ini bisa bermanfaat
LikeLike
Sepertinya butuh dibaca untuk para muslimah nih. Aku kebetulan belum tahu profil Bu Nur Rofiah
LikeLike
hehe, iya teh cukup menarik, apalagi klo sedang bahas dari segi bahasa, jd pengen belajar bahasa arab
LikeLike
Makasih teh reviewnya. Jadi pengen tau tentang Bu Nur Rofiah. Pembahasannya menarik sekali tentang KGI ini.
LikeLike
Suka banget sama temanya… Memang tanpa perlu emansipasi, Islam sudah mengatur kesetaraan gender ya…
Saya baru tau nih tentang Dr. Nur Rofiah, follow ignya dulu ah…
LikeLike
betul sekalii…
Allah maha adil 🙂
LikeLike