20 hari di bulan Agustus ini cukup hectic, setengahnya ngurusin virtual summer course, setengahnya lagi isolasi mandiri di rumah. Yeah, second strike! Kali ini ketularan dari anak saya yang besar yg kebetulan sudah ada kegiatan di sekolah dan tempat les. Dan tahun ini saya kenanya bergejala mostly batuk batuk dan klo di forsir ngerjain sesuatu secara ambi suka jadi lemes. Makanya kata dokter disuruh leyeh leyeh, dan ga boleh WFH (ternyata pas hari-hari awal dicoba buat ngajar online 80 menit, rasanya mau colaps, keringet dingin, dan seperti mau black out). Jadi ya udah nurut, daripada jadi berkepanjangan sakitnya. Oh ya, suami juga ikut ketularan, untungnya anak yang kecil sempat diungsikan beda rumah, jadi sampai hari ini, hari ke 10, dia aman-aman.
Nah, salah satu menu leyeh-leyeh saya adalah nonton series. Terakhir binge watching series panjang, ya pas isoman taun lalu, wkwkwk jadi de javu. Series yang saya tonton kali ini adalah ‘Itazura Na Kiss: Love in Tokyo’ season 1 dan 2 di Iflix. Pertama memutuskan nonton karena lagi kangen Tokyo, dan di film itu nunjukin beberapa scene yang ‘Tokyo banget’. Trus bisa lanjut nonton karena ceritanya ringan bangeet ga perlu mikir berat, enak ngikutin jalan ceritanya, dan banyak bodorannya. Jadi ternyata saya mampu ngikutin 16 episod season 1 dan 16 episod season 2. Sungguh menghibur walaupun saya sudah pernah nonton versi jepang yang lama, plus versi koreanya juga.
Karena saya rasa bahasannya cocok dengan tema Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Agustus 2022 ini, maka saya bertekad menuliskannya. Meramaikan!
Sekilas cerita Itazura Na Kiss.
Ada seorang siswi SMA yang biasa biasa saja (cenderung bodoh malah😆) bernama Aihara Kotoko dari kelas F (disana kepintaran sepertinya di ranking, dan kelasnya disesuaikan dengan ranking dari kelas A sampai F) diam diam menyukai seorang siswa jenius dari kelas A bernama Irie Naoki. Suatu hari Kotoko bertekad membuat Naoki menyadari keberadaannya di dunia ini dengan memberikan surat cinta. Apakah diterima? Boro2, suratnya aja keinjek.
Dari situ berlanjut lah cerita, ntah gimana ceritanya si Kotoko ini sial banget, rumahnya yang baru dibeli oleh ayahnya hasil nabung bertahun-tahun hancur ketabrak meteorit 😄. Blessing in disguise, Kotoko dan ayahnya pindah ke rumah sahabat ayahnya. Dan ternyataaa sahabat ayahnya adalahhh… jeng jeeenggg ayahnya Irie Naoki. Jadinya mereka serumah! Aw aw!
Cerita cinta berlanjut, walau ditolak berkali kali, Kotoko tetap bertekad untuk menyukai Naoki. Kotoko ini saingannya berat-berat, dan kalau dilihat dari penampakan, skill, dan otak, jauh banget sama Kotoko yang ceroboh dan ga bisa apa apa 😅. Di satu titik, hampir saja Kotoko menyerah, dan memutuskan untuk menikah dengan orang lain. Tapi akhirnya Naoki ngaku, kalau dia ga mau dan ga bisa membayangkan kalau pendampingnya bukan Kotoko. Dan akhirnya merekapun menikah. Yippieee!

Pelajaran dari Kotoko dan Naoki
Hikmah yang saya ambil dari series ini adalah bahwa cinta itu tidak bisa pakai logika, tapi pakai rasa. Selogis logisnya Naoki, ketika udah dapet calon yang sempurna dan secara logika bisa jadi istri idaman yang baik, tapi akhirnya dia mendengarkan intuisinya bahwa hidupnya akan lebih berwarna apabila bersama dengan Kotoko. Ya walau Kotoko bodoh dan ceroboh, tapi dia ceria dan tulus, dan kedua hal itu membuat Naoki lebih memilih Kotoko untuk menjadi istrinya. Naoki menyadari ada hal hal yang dia tidak bisa lakukan, dan hal tersebut ada di Kotoko.
Tentu cerita di film itu di dramatisasi ya, diceritakan dua manusia dengan gap yang terlalu jauh. Bahasa kerennya yang suka saya dengar akhir akhir ini ‘tidak sekufu’. Saya pernah mendengar teman saya cerita (kebetulan beliau psikolog) kalau di dunia nyata, ketidaksekufuan ini mungkin masih bisa ditoleransi ketika masing-masing memiliki kesibukan sendiri. Namun, akan baru terasa ketika di masa pensiun dan anak anak sudah memiliki kehidupan sendiri, temannya adalah pasangan kalau ga nyambung wahh lonely sekali jadinya. Akan ada yang namanya Empty Nest Syndrome. Kalau misal ga Klik dengan pasangan, maka akan banyak implikasinya ke kondisi rumah tangga.
Kalau lihat kesekufuan dari level intelegensia, saya sangat mengagumi Pak Habibie dan Bu Ainun, dua duanya orang jenius. Tapi sepertinya, intelegensia bukan satu-satunya faktor penentu sekufu atau tidaknya pasangan. Toh banyak juga kan contoh pasangan yang salah satunya jenius, dan yang lain biasa saja, tapi bertahan lama, langgeng dan tetap mesra sampai nenek kakek. Pasti ada hal lain yang membuat mereka nyambung.

Begitu pula dengan Kotoko dan Naoki, walau jomplang, tapi mereka punya benang merah yang menghubungkan satu sama lain. Mereka sama sama punya keinginan untuk dapat berguna bagi orang sekitar. Naoki adalah dokter dan Kotoko seorang perawat, ketika kebetulan menghadapi pasien yang sama, kerjasamanya ciamik! Dan itulah yang bikin mereka bisa ‘nyambung’. Naoki yang kaku mampu memberi treatment dan Kotoko yang ceria mampu membuat pasiennya bersedia menerima treatment. So Sweet!
Penutup
Jadi bagaimana hubungan sama pasangannya? Apakah masih di dunia logika atau sudah masuk ke dunia rasa? Apakah sudah bisa ngobrol berjam jam tanpa kehabisan bahasan?
Kalau sudah bisa, Alhamdulillah!
Kalau belum, masih ada waktu untuk mencari benang merahnya, asalkan berusaha dan berdoa terus. Ganbatte!

Aku nonton nih drama Jepang ini, remake Koreanya juga nonton. Ceritanya too good to be true, tapi ya senang aja nontonnya. Minimal Kotoko usaha belajar keras dan bela-belain jadi perawat walaupun dia ga terlalu pintar. Naoki pun akhirnya melihat kalaupun secara kecerdasan Kotoko kurang, tapi dia punya sisi lain yang lebih, misalnya ketekunan dan mau tetap berusaha. Aduh jadi pengen nonton lagi, hehhee…
LikeLike
Tidak ‘sekufu’ ini kayak tidak di circle-nya ya? Ehehe. Saya juga kenal seseorang yang menikah dengan yang karakternya jauuuh dari circle dia selama bertahun-tahun. Namanya juga jodoh, misteri dan karuniaNya. Ehehe.
Saya belom pernah nonton ini Mba Dini. Mau nyoba nonton kok ga relatable, karena kisah anak-anak SMA, ehehe, demennya sama kisah drama ibu-ibu usia 30-40an wkwkwk.
Tapi poin ‘TOKYO BANGET’-nya ini lho yg bikin saya tertarik. Kebetulan pas banget lagi kangen suasana Jepun ehehe.
***
Btw, jawaban dari pertanyaan penutup, yang “apakah bisa ngobrol berjam-jam dengan pasangan”, walah sekarang sudah jarang, wkwkwk. Yang ada duduk sebelahan berjam-jam sambil megang HP masing-masing 😁😁.
Makasiiiy cerita ITAZURA NA KISS-nya ya Mba Dini 🥰
LikeLike
Apakah sudah bisa ngobrol berjam jam tanpa kehabisan bahasan? pertanyaan menarik ini teh Dini …
aku senang gowes duaan berjam-jam ha3 …
salam semangat.
LikeLike
Wah jadi pengen ikutan rewatch Itazura na kiss lagi tehh.. hihi.. ada jg versi koreanya playfull kiss teh xD
LikeLike
Kupikir Kotoko itu cowok yang nggak pintar, naksir Naoki yang cewek pintar. Kayanya bisa jadi premis cerita yang menarik juga ya. Agak-agak gemes sama cerita yang menggambarkan cewek yang biasa-biasa aja, trus naksir cowok level dewa. Kesannya tipikal cewek-cewek itu ceroboh dan pas-pasan banget. Padahal kan faktanya lebih banyak cowok pas-pas an yang naksir cewek-cewek level Dewi. Ha…ha…
LikeLike
Sayangnya nggak terlalu banyak kejadiannya di dunia nyata ya teh. aku dah berusaha bodoh dan ceroboh tapi nggak ketemu yang jenius dan ganteng kayak Naoki haha. Aku dah nonton versi Korea nya nih dan aku suka banget, jadi belum berani nonton versi jepangnya, takut tercoreng imaginasinya, soalnya cowok di versi Korea (menurutku :P) mirip cinta pertamaku huahahha *(boleh kan ngayal :D)
LikeLike