Kopi : Ternyata Bukan Sekedar Pahit

Kalau diingat-ingat, pertama kali tau rasa kopi itu pas saya masih di SD, dan ternyata saya suka dengan rasanya, enak! Tapi ya kopi kan bukan minuman untuk anak-anak. Suatu hari ketika sedang dalam penerbangan dan pramugari menawarkan minuman, saya coba-coba untuk minta kopi susu, ya jelas ga dikasih, kalau sampai kasih kopi ke anak kecil bisa bisa nanti mbak pramugari dimarahi oleh orangtuanya. Dan akhirnya saya pun menyerah untuk kembali minum jus atau teh saja sampai SMA.

Putus Hubungan Dengan Kopi

Setelah SMA saya merasa sudah punya hak untuk minum kopi, tentu zaman itu belum banyak kedai-kedai kopi kekinian yang menjual aneka macam olahan kopi, saya hanya minum kopi susu/cappucino sachetan yang rutin dibeli oleh ibu saya untuk persediaan di rumah. Saya pernah juga ikut try out SPMB lalu ada es kopi susu gratisan, inget banget itu adalah minuman kopi instan pertama yang bisa disajikan dingin, nah waktu itu setelah minum kopi, saya merasa kepala saya jadi ga enak. Berkali-kali coba merk itu, hasilnya sama, padahal rasanya enak dan segar, akhirnya saya menyimpulkan ternyata perut saya ga cocok sama kopi merk tersebut. 

Putus hubungan sama kopi kejadian di saat suatu hari saya makan es krim kopi, lalu tak disangka  tidak lama kemudian asam lambung langsung naik, badan nyeri menjalar dari kaki sampai kepala, keringat dingin, dan rasanya kaya mau pingsan. Ngeri deh! abis itu saya stop hubungan sama kopi, jadi jarang coba-coba kopi merk baru, dan minum kopi kalau sangat ingin saja, itupun merk yang sudah terbukti aman di perut saya. 

Duh love hate relationship banget sama kopi, suka rasanya tapi harus menahan diri, padahal waktu itu minum/makan kopi hanya untuk rekreasional saja, ga rutin.

CLBK Pada Kopi

Nah lalu, ternyata cinta lama bersemi kembali! Semua gara gara kantin dalam kampus nyediain kopi enak dan murah, nama kantinnya Eititu. Kabita liat temen pesan ice cappucino, akhirnya nekat ikut pesan, dan ternyata… AMAN sodara sodara!

Bahagia tak terkira, awalnya cuma berani yang di kantin situ saja pesanan hampir rutin saya adalah Ice cappucino tanpa gula atau Americano tanpa gula. Iya tanpa gula, karena menurut saya gula itu merusak rasa kopi. Lalu lama lama coba coba kopi dari resto atau kedai kopi yang lain juga. Nah ternyata memang kopi yang dari biji itu lebih jarang bikin saya kliyengan. 

Senang banget deh, soalnya masa masa itu, masa masa disertasi lagi butuh booster energi. Terkadang setelah minum kopi rasanya jadi lebih bersemangat. Memang kalau baca baca kopi itu bisa jadi booster energi, mencegah depresi dan punya manfaat untuk otak. Cucok lah ya!

Bertualang dengan Kopi

Nah lama lama, jadi merasa ada yang kurang kalau ga minum kopi. Lalu jiwa itung itungan mamak mulai meronta-ronta, ya memang secara value masih masuk karna minum kopi itu karna kopinya (bukan nongki2nya) dan bikin lebih produktif. Tapi secara itungan materil saya mencari alternatif lain yang lebih ekonomis a.k.a bikin sendiri di rumah.

Tapi ternyata tidak semudah itu, apalagi kalau suka yang dicampur dengan susu (suami saya sih ini) perlu metode brewing yang bikin kopi itu terasa ‘body’ nya.

Mulailah kami coba coba peralatan kopi, french press, V60, moka pot. Untuk rasa kami cukup puas di moka pot, untuk diminum langsung oke, dan untuk dicampur dengan susu juga enak. Tapi namanya manusia, sifat magernya selalu ada, jadinya ingin cara yang lebih simpel, akhirnya kami beli mesin kopi kapsul yang bisa 2 jenis kapsul dan kopi bubuk. Wah makin puas, karna bisa dapat kopi ber crema.

Espresso Maker Rumahan

Suatu hari, alat giling manual di rumah rusak, lalu kami iseng iseng ke sebuah toko alat kopi di Bandung, ceritanya mau beli alat giling yang pakai listrik. Dan pada akhirnya kami membawa pulang mesin espresso rumahan yang lagi ada promo bundling dengan mesin giling. Setelah itung itungan, balik modal ya sekitar 5-6 bulanan kalau dibandingkan dengan beli kopi di luar tiap hari untuk berdua, not bad lah. Alhasil mesin kopi kapsulnya pindah ke ruang rapat di lab hihihi biar rumahnya ga penuh! Kebetulan anggota lab juga tukang minum semua hehe.

Tidak sekedar pahit!

Setelah punya mesin bertekanan tinggi, barulah saya bisa membedakan ‘notes’ yang ada pada kopi. Ketika masih pakai metoda manual, rasa rasa tersebut hanya samar- samar saja. Apalagi itu fruity, earthy, citrus, berry notes, asa gitu2 aja.

Ternyata ketika pakai mesin espresso, barulah saya bisa merasakannya dengan lebih jelas. Lalu, mulailah berpetualang, mencoba berbagai kopi dengan rasa yang berbeda-beda. Awal awal minum kopi dulu, saya tidak suka kopi yang punya aftertaste masam, tapi sekarang terkadang saya sengaja menyeduh kopi seperti itu untuk dijadikan ice americano, segeeerr banget deh.

Contoh Coffee flavor wheel (sumber dari sini)

Ternyata rasa kopi itu kaya sekali. Buanyaaak rasa yang bisa dieksplor. Kopi asal Indonesia itu ternyata terkenal di luar. Barulah paham kenapa sih orang suka bawain oleh-oleh kopi buat koleganya di luar negeri, karena kopi-kopi Indonesia itu istimewa.

Nah setelah petualangan alat kopi, sekarang kami memulai petualangan mencoba berbagai rasa kopi. Seru sekali, itung-itung membandingkan sensitifitas lidah saya dan suami hehe. Terkadang main tebak-tebakan kira-kira kopi mana yang diseduh. eksplorasi kopi ini cukup menyenangkan

Penutup

Demikian cerita saya tentang kopi, semoga bermanfaat. Tentu saja postingan ini adalah untuk memenuhi Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Oktober. Deadliner sodara sodara!

9 thoughts on “Kopi : Ternyata Bukan Sekedar Pahit

  1. Saya juga suka tebak2an kopi sama suami. Dia minum, saya ngendus aromanya aja… 😁
    Mungkin perlu ke kafe di kampus biar ada kemungkinan jadi suka minum kopi?… 🤔 Heheheh…

    Like

  2. Setelah bisa menikmati kopi tanpa gula, kami juga beli mesin espresso dengan alasan yang sama. Daripada beli di cafe walau sekali semniggu, mendingan bikin di rumah, bisa tiap hari dan tetap lebih murah. Tinggal mencoba berbagai biji kopi saja.

    Like

  3. Aduuh seru sekali membaca petualangan Mba Dini dengan kopi. Jadi memang betul ya Mba, kopi yang dari biji kopi asli itu, malah gak bikin sakit lambung.
    On the contrary, yang sachet-an instan itu, karena memang gak 100 persen kopi, yang malah bikin sakit lambung.

    ***
    Kayanya asik ya punya mesin kopi sendiri di rumah. Kalau lihat di pelem-pelem, suka pengen deh punya sendiri di rumah 😅. Tapi sayang belinya, karena saya ga tiap hari minum, dan Pak Suami juga tea person.

    ***
    Wuihh kapan-kapan kalau sudah boleh masuk kampus, pengen nyobain EUTITU. Ehehe.

    Like

  4. Menarik sekali membaca blog posting ini, dengan segala drama cinta yang putus-sambung dengan si kopi. Teh Uril…. nanti kita barengan yuk ke Kafe Eititu yang direkomendasiin Teh Dini. Member MGN bikin kopdar di Kafe Eititu gitu? Sambil nostalgia kampus… 😉

    Like

Leave a reply to Diah Utami Lestari Cancel reply