Inget banget, waktu itu sekitar 10 hari setelah lahiran, 14 Maret 2020, tiba-tiba ada surat edaran Walikota Bandung tentang PSBB, salah satu isinya tentang pembelajaran jarak jauh. Jedeeer banget! Tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan ada wabah yang segininya. Bahkan sampai saat blog ini ditulis satu tahun kemudian, kondisi belum kembali seperti semula.
Rasanya ingin menulis di blog ini, sekedar menjadi bahan pengingat bahwa apapun dapat terjadi apabila Allah berkehendak. Apapun! bahkan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Awalnya saya hanya mengira Covid-19 ini akan berakhir seperti kasus flu burung atau SARS dan semacamnya yang tiba-tiba menghilang. Tapi ternyata tidak ya, sejak Maret 2020, kehidupan banyak yang berubah.

sumber: JDIH Kota Bandung
Di rumah saja

Sejak PSBB pertama kali itu, otomatis saya dan anak-anak, kebanyakan berdiam di rumah saja. Keluar rumah hanya untuk kepentingan mendesak seperti urusan internet banking terblokir, imunisasi bayi dan urusan kesehatan lainnya. Nah urusan keluar rumah ini jadi agak menegangkan takut kalau-kalau terpapar virus dari orang lain dan membawanya ke rumah. Untuk mencegah penyebaran virus lebih luas ada protokol yang disebut 3M yaitu: Memakai masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak. Belakangan protokol tersebut menjadi 5M, ditambahkan dengan Menjauhi kerumunan dan Membatasi mobilitas.
Lalu, Bagaimana dengan belanja kebutuhan harian? 80% dilakukan secara online melalui market place atau aplikasi biasanya saya menggunakan tukangsayur.co atau dari Pasar Cikembang. Bisa juga pesan ke tukang sayur yang berjualan keliling disekitar rumah, beberapa dari mereka beradaptasi dengan baik dengan menerima pesanan via whatsapp dan menerima pembayaran melalui transfer bank. Selebihnya biasanya titip orang rumah yang kebetulan ada urusan keluar rumah. Kami juga masih menggunakan layanan GoFood / GrabFood.
PJJ dan WFH
apa itu PJJ? PJJ itu Pembelajaran Jarak Jauh, jadi selama setahun kebelakang ini anak-anak sekolah belajar dari rumah secara daring. Saya bersyukur sekolah anak saya termasuk yang cepat beradaptasi, bentuk pembelajaran, fasilitas, dan platformnya menyesuaikan dengan cepat. Anak saya pun sepertinya masih bisa mengikuti pembelajaran dengan baik, yah setidaknya saat evaluasi harian, dia masih paham dan masih bisa mengerjakan soal-soal tersebut.
WFH? Work From Home, saya dan suami bekerja dari rumah, kalau ada rapat dilakukan secara daring, begitu pula dengan mengajar, bimbingan, asistensi, semua dilakukan secara daring. Enak? ada enaknya ada tidaknya. Bagi saya sendiri sebenarnya suatu berkah karena tidak perlu meninggalkan rumah sehingga bisa tetap memberika asi dengan relatif mudah kepada bayi saya. Hanya saja terkadang merasa ‘burn out‘ karena pekerjaan yang keteteran dan harus dikerjakan saat malam hari, ya namanya juga WFH, karna ada di rumah jadinya tetap harus handle urusan rumah karena terlihat ada di rumah dan bayi tentunya nempel terus.
WFH harusnya bisa darimana saja ya? Beberapa teman bisa melakukan itu, karena tempatnya bekerja tidak mempermasalahkan lokasi, yang penting performa tidak menurun. Tapi tidak begitu dengan suami saya, dia harus tetap berdiam di wilayah kerjanya walaupun pekerjaannya dilakukan secara daring. Jadi ya terpaksa intensitas bertemu semakin jarang, menghindari paparan juga agar tidak bawa bawa virus ke rumah. Hal ini lah yang menjadi cukup berat bagi saya, terutama karena baru punya bayi, mau boyong anak-anak menyusul ke tempat suami pun rasanya riskan. Jadi ya sudah, jalani saja.
Hikmah Pandemi
Kalau ditanya, apa hikmah pandemi?
Kalau untuk pribadi tentu jadinya ada kemudahan untuk memberi ASI kepada bayi. Jadi lebih memperhatikan rumah dan isinya, termasuk tanaman di halaman. Untuk hal yang terakhir ini malah menimbulkan hobi baru jajan tanaman dan printilannya #eh 😂
Tapi secara umum yang paling saya rasakan adalah bangkitnya kesadaran bahwa bekerja itu tidak selalu harus bertemu fisik. Memang ada pekerjaan yang belum tergantikan dengan proses daring, tapi ternyata banyak sekali pekerjaan yang bahkan dapat diselesaikan dengan lebih efektif dan efisien dengan daring. berhemat waktu tanpa harus menempuh kejamnya perjalanan di perkotaan, menghemat waktu untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dan semacamnya. Kalau dulu diskusi penelitian harus datang langsung walaupun beda kota, ternyata ketika jaman pandemi hal tersebut dapat dilakukan secara daring. Sepertinya ini akan membuat paradigma baru mengenai proses bekerja di masa yang akan datang. Yaa mungkin ada perusahaan yang sudah mengadopsi cara bekerja ala wfh ini sejak lama, tapi pandemi ini membuka mata lebih banyak orang, lebih banyak perusahaan akan cara kerja seperti itu.
Selain itu, seiring berkembangnya teknologi pertukaran informasi secara daring, saya merasa bahwa pertukaran informasi dan pengetahuan itu sangat pesat, berbagai webinar dilaksanakan dengan target peserta beragam. Mulai dari webinar anak-anak untuk sekedar dongeng, percobaan sederhana, atau membuat kerajinan tangan bersama, webinar untuk ibu rumah tangga berisi pengajian daring, permasalahan kesehatan keluarga, sampai sharing pengetahuan praktis antar ibu, bahkan webinar untuk komunitas saintifik yang memerlukan informasi lebih spesifik. Yah walaupun saya masih mengkategorikan hal tersebut sebagai sharing informasi atau pengetahuan ya, soalnya kalau dibilang sharing ilmu agak terlalu berat dan harus dibuktikan dulu benar-benar ilmunya sampai heheh. Apa bedanya emang Ilmu, pengetahuan, dan informasi? yah mungkin kita akan bahas kapan-kapan
Jadi memang namanya hidup selalu ada sisi baik dan sisi buruk, demikian juga pandemi. Di sini mungkin saya lebih banyak bahas positifnya ya, bukan berarti kami tidak terkena dampak. Hanya sedang ingin fokus di yang baik-baik dulu. mungkin nanti suatu saat kalau udah tidak tahan saya akan bahas juga keluh kesahnya, hehehhhe