Tentang Pohon dan Polusi Udara

Secara instinctive, ketika kita dihadapkan dengan masalah pencemaran udara, yang pertama terpikirkan untuk dapat mengurangi dampaknya adalah dengan menanam pohon. Beberapa kali membaca di beberapa media masa tentang program penanaman pohon yang digagas oleh pemerintah yang bertujuan untuk mengendalikan pencemaran udara. Namun, sejauh apa sebenarnya efektifitasnya? Apakah perlu dijadikan prioritas?

Pada kesempatan kali ini, sebagai tulisan untuk “Nulis Kompakan Mamah Gajah Ngeblog” maka saya mencoba menulis opini tentang Pohon dan Polusi Udara

Polusi Udara

Pertama-tama mungkin saya mencoba menjelaskan apa itu polusi udara. Suatu area dikatakan terpolusi udaranya apabila kadar pencemar telah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Baku mutu tersebut adalah suatu nilai dimana pada angka tersebut manusia dan lingkungan mulai menunjukkan responnya, sehingga ketika kadar pencemar sudah melebihi angka tersebut, maka manusia dan lingkungan akan merasakan dampaknya. Dampak tersebut dapat berupa gangguan kesehatan untuk manusia-hewan-tumbuhan, kerusakan material, dan kerusakan lingkungan lainnya. Lalu apa saja yang dikategorikan sebagai pencemar udara? Banyak! biasanya dibagi menjadi dua yaitu yang berbentuk gas, dan berbentuk debu atau populer disebut partikulat. Disini mungkin saya tekankan, bahwa CO2 atau Gas Rumah Kaca (GRK) lainnya, adalah kategori khusus, biasanya mereka disebut sebagai GRK dan bukan disebut zat pencemar udara, karena memang mekanisme di udara dan dampaknya sedikit berbeda dari zat pencemar udara.

Sistem Pencemaran Udara

Apabila dilihat sebagai sebuah sistem, maka sistem pencemaran udara terdiri 3 bagian yaitu sumber pencemar, medium (atmosfer) tempat zat pencemar berproses, dan reseptor yaitu yang menerima dampak. Melihat pencemaran udara sebagai sebuah sistem sangatlah penting, terutama bagi peneliti dan semua stakeholder yang bekerja pada bidang pengendalian pencemaran udara. Setiap bagian dari sistem tersebut memiliki peran yang khas terhadap kondisi pencemaran udara yang terjadi. Sehingga apabila diperlukan intervensi, maka dapat diputuskan di bagian mana intevensi tersebut perlu dilakukan.

Dalam sistem pencemaran udara tersebut, keberadaan pohon sebenarnya dapat berperan sebagai sumber (nah loh!), berperan dalam proses dispersi/deposisi di media, serta berperan sebagai reseptor. Iya, memang seperti itu kondisinya sama lah seperti manusia, perannya bisa dimana-mana, tapi kalau pohon lebih pasif.

Peran Pohon Pada Pencemaran Udara

Peran yang paling mudah dijelaskan adalah sebagai reseptor. Sebagai reseptor tumbuh-tumbuhan bisa rusak apabila berada pada lokasi yang tercemar udaranya. kerusakan yang terjadi bisa bertingkat-tingkat, mulai kerusakan ringan sampai rusak parah seperti kerusakan yang sering dimunculkan sebagai efek hujan asam. Tanaman bisa terkena oksidatif stress apabila terkena pencemar tertentu, oleh karena itu pemilihan jenis pohon yang tepat untuk ditanam di area tinggi pencemar sangatlah penting. Pohon yang stress akan mengeluarkan pencemar berupa Biogenic Volatile Organic Compound (bVOC) yang malah akan memperburuk pencemaran udara, dan disitulah tanaman berperan sebagai sumber pencemar.

Bagaimana dengan peran pohon terhadap pengendalian pencemaran udara? Perannya bisa dibagi menjadi dua, yaitu secara tidak langsung dan secara langsung. Secara tidak langsung, keberadaan tanaman di sekitar kita dapat menurunkan temperatur (microenvironment) sehingga dapat mengurangi kebutuhan energi untuk mendinginkan ruangan. Penurunan kebutuhan energi tersebut secara tidak langsung akan menurunkan emisi yg berarti mengurangi kadar pencemar di udara. Peran terhadap pencemar udara secara langsung, adalah berfungsi seperti filter fisik yang mempengaruhi pola penyebaran (dispersi) pencemar dan sebagai tempat mengendapnya partikulat untuk sementara waktu. Namun, belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa keberadaan pohon dapat mengurangi konsentrasi pencemar udara di udara untuk skala kota/global. Dengan kata lain, keberadaan tanaman dapat melindungi reseptor, tetapi tidak untuk menurunkan kadar pencemar.

Menanam Pohon, perlukah?

Melihat fakta yang ada, lalu apakah tetap perlu menanam pohon? Tentunya tanaman masih tetap memiliki fungsi sebagai green barrier yang bisa melindungi kita dari paparan pencemar. Menurut saya apabila masih memiliki lahan, sangat disarankan untuk menanam pohon, terutama untuk rumah-rumah yang tinggal di tepi jalan raya. pada kondisi tersebut pohon dapat menghambat pencemar udara yang dihasilkan dari aktivitas jalan raya untuk masuk ke dalam rumah. semakin rapat dan semakin tinggi tanaman akan semakin banyak pencemar yang terhambat.

Bagaimana dengan penanaman pohon secara besar-besaran sebagai usaha penurunan konsentrasi pencemar udara? Tentu sebenarnya tidak bisa untuk menurunkan emisi, hanya saja memang bisa digunakan sebagai usaha perlindungan terhadap reseptor, misalnya pejalan kaki, atau untuk perumahan yang berlokasi di tepi jalan raya. Menurut saya usaha ini perlu diperhitungkan dengan lebih cermat karena tentunya biayanya tidak kecil. Jangan sampai efektifitas perlindungan reseptor dari pencemarnya tidak signifikan dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Jangan jangan apabila dananya digunakan untuk intervensi sumber pencemar, hasilnya akan lebih signifikan menurunkan kadar pencemar.

Banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam penanaman pohon dengan tujuan menurunkan paparan kadar pencemar udara pada reseptor, misalnya saja pemilihan pohon, baik dari ketahanannya terhadap pencemar maupun dimensinya, serta lokasi penanamannya. Tiap jenis pohon memiliki ketahanan terhadap pencemar, apabila pohon yang dipilih adalah pohon yang tidak memiliki ketahanan terhadap pencemar udara, maka pohon tersebut akan mengeluarkan pencemar tambahan sebagai respon stress. Kalau hal itu terjadi maka bukannya melindungi, tanaman yang ditanam malah akan menambah kadar pencemar udara.

Pemilihan tanaman berdasakan dimensinya juga penting untuk menjadi pertimbangan. Dimensi tanaman mempengaruhi efektifitasnya sebagai pelindung paparan pencemar udara terhadap reseptor. Untuk dapat menghalangi pencemar maka ketinggian pohon harus lebih tinggi dibandingkan dengan reseptor. Selain itu, kerapatan kanopi tanaman juga akan mempengaruhi efektifitas perlindungan, semakin rapat maka semakin berfungsi sebagai filter. Penanaman pohon tinggi dan rapat seperti itu tentu tidak bisa dilakukan disembarang tempat, akan sangat tergantung pada ketersediaan lahan terbuka untuk ditanami. Lokasi penanaman pohon pun sangat krusial, penanaman pohon di tempat tertutup malah akan menghalangi dispersi pencemar ke udara bebas, hal ini membuat pencemar terkumpul dekat dengan reseptor, dan paparan kepada reseptor semakin tinggi.

Ternyata tidak sesimpel itu ya menanam pohon untuk menurunkan pencemar. Memanglah untuk melakukan sesuatu itu perlu ilmunya. Sudah mulai banyak penelitian tentang penanaman pohon terkait kualitas udara, dan itu berarti ada sesuatu yang perlu diperhatikan dan tidak semudah yang dipikirkan selama ini.

9 thoughts on “Tentang Pohon dan Polusi Udara

  1. Berhubung lahir dan besar di Bandung yang (dulunya) asri, ketika akhirnya tinggal di Jakarta, saya selalu mengusahakan memiliki tanaman, at least pot. Kepengen banget deh teh, bisa menanam pohon, punya backyard gitu. Tapi lahan yang tersedia hanya memungkinkan berupa pot..

    Like

  2. wah terima kasih ya teh artikelnya.. baru tau ternyata banyak juga ya yg dipikirkan ketika menanam pohon.. ga bisa asal tanam kalau untuk tujuan pengurangan emisi.. selama ini mah mikirnya, makin banyak pohon berarti makin baik aja.. hehehe.. nuhun teh

    Like

  3. Wah wah, baru nyadar nih, soal pohon bisa berperan sebagai pencemar udara. Jadi teringat pada pohon palem di depan rumah yang dipotong karena katanya bervirus, biar virusnya nggak nyebar. Seperti itu mungkin ya, pohon yang malah ikut mencemari ini? Jadi menanam pohon saja tak cukup. Kesehatannya juga musti dijaga ya!?… Terima kasih ilmunya teh… 🤗

    Like

    1. Iya teh Alfi, pohon yg sakit, gampang kena hama, hamanya bs nyebar ke pohon lain.

      Kalau yg nambah pencemar itu, si pohon stress trus ngeluarin zat yang bisa bikin udara tambah tercemar

      Like

  4. Wah Mba Dini, tulisan opininya layak masuk Kompas niy Mba. Isu Lingkungan masih belum masif dan sangat diperlukan awareness untuk masing-masing warga negara.
    Btw Mba Dini, contoh menurunkan kadar pencemar, dengan cara apa Mba?
    Kemudian, dalam penanaman pohon, betul memang tidak boleh ‘asal’ ya Mba. Saya concern dengan pohon-pohon besar yang ditanam di tengah trotoar. Bukankan akan mengurangi pemanfaatan trotoar itu sendiri? Jalannya jadi lebih sempit dan akar-akarnya merusak lantai, menjadikannya tidak rata.
    Makasiiy atas opininya ya Mba Dini. Baguuus dan menambah wawasan saya. 😍🙏

    Like

    1. Kalau pencemar udara, cara nurunin kadarnta paling realistis saat ini adalah dari sumbernya (mengurangi, mengolah sebelum keluar ke udara bebas) , kalau sudah keluar dari sumber memang agak sulit

      Nah betul Mbak Uril, ngalangin jalan di trotoar juga salah satu masalah teknis nanem pohon 😁

      Like

  5. Aduuhh nama blognya aja udah alocasialover. Pas banget nih artikelnya hehe. Baru aja kemarin aku mikir gitu teh… aku nyetir melalui jalan yang sudah 200 ribu kali aku lewati hehe… dan aku baru sadar ternyata jalan mobil itu hijau sekali banyak pohonnya. Beruntung banget tinggal di tempat di mana pohon adalah bagian yang natural dari tempat di mana kita tinggal dan bergerak. semoga di manapun kita berada bisa terus menjaga lingkungan dengan cara menanam banyak pohon ya.

    Like

Leave a reply to Dini Cancel reply