Rasanya dulu saya pernah nyerempet-nyerempet cerita tentang kerjaan saya saat ini ya? Iya jadi dosen, dulu secara polos pengen jadi dosen karena seneng dengan proses belajar mengajar. Padahal sebenarnya selain belajar mengajar ada tugas-tugas lain yang harus dipenuhi oleh dosen.
Pada kesempatan ini saya ingin sharing mengenai Tridharma Perguruan Tinggi. Sebenarnya term ini sudah disebut-sebut dari jaman ospek, tapi tetep belum paham. Kemudian diingatkan lagi saat wawancara CPNS Dosen, disitu barulah saya mulai paham bahwa tugas dosen bukan hanya belajar dan mengajar saja. Bahkan tiga aspek tersebut masuk ke dalam unsur penilaian Daftar Pengusul Penetapan Angka Kredit (DUPAK) untuk kenaikan pangkat dosen, sehingga semua unsur harus dikerjakan.
Tridharma Perguruan Tinggi sebenarnya adalah tugas yang harus dipenuhi oleh oleh perguruan tinggi. Sehingga secara otomatis dosen yang ada di dalam perguruan tinggi tersebut haruslah ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi.
Sebenarnya apa sih Tridharma Perguruan Tinggi itu? Tridharma Perguruan Tinggi terdiri dari pendidikan, penelitian, dan dan pengabdian kepada masyarakat. Semuanya itu saling mendukung dalam proses transfer ilmu. Loh kok bisa begitu? Saya akan mencoba untuk menjelaskan satu persatu.

Pendidikan
Ini yang paling jelas, dan biasanya kalau seseorang (saya sih dulu) bercita-cita mau jadi dosen motif utamanya adalah adalah agar bisa melakukan proses belajar mengajar. Jadi dosen tidak hanya mengajar, tapi tentunya harus juga belajar sepanjang hayat. Dan kegiatan tersebut buat sebagian orang adalah kegiatan yang menyenangkan. Passion! Ikigai! Untuk orang-orang yang rela menderita demi ilmu pengetahuan, padahal kalau kata temen yang lain ‘Kamu masokist ya?!’
Kegiatan dalam unsur pendidikan adalah mengajar mahasiswa, membimbing mahasiswa menyelesaikan tugas seperti KP, TA, Tesis, Disertasi, dan menguji a.k.a menyidang. Kadang-kadang juga jadi pembimbing mahasiswa yang ikut Pekan Kreativitas Mahasiswa. Selain itu dosen senior juga punya kewajiban untuk mendidik dosen yang lebih junior. Semacam mentorship gitu ya, kalau saya tentu tidak punya junior, karena sayalah juniornya hahaha.
Penelitian
Ini juga jelas ya, kegiatan utama dalam aspek penelitian ya meneliti, bisa untuk menemukan hal baru atau mengkonfirmasi sesuatu. Penelitian ini biasanya dikerjakan berkelompok dengan peneliti lain yang memiliki berbagai ekspertise, baik dari prodi yang sama, institusi yang sama, atau bisa dari luar institusi, termasuk dengan kolega dari luar negri. Output penelitian tersebut biasanya berupa publikasi ilmiah.
Kegiatan penelitian ini secara langsung ataupun tidak langsung akan berdampak pada mahasiswa. Dampak langsung dirasakan apabila mahasiswa terlibat secara langsung melakukan penelitian, pelibatan mahasiswa ini biasanya untuk dijadikan topik tugas akhir atau tesis. Lumayan kan, bisa dibiayai dari hibah/grant, kadang mahasiswa juga di kirim buat ikut conference ke luar kota bahkan ke luar negri.
Dampak tidak langsungnya apa? dalam meneliti, selain hasil akhir yang dituju, buanyaaak sekali hal yang dapat memperkaya dan meningkatkan skill para dosen yang mengerjakan penelitian. Nah biasanya hasil-hasil penelitian itu akan menjadi materi di dalam kuliah, pengalaman-pengalamannya pun ikut memperkaya pengetahuan para mahasiswa
Pengabdian Kepada Masyarakat
Nah, yang ini bentuknya bisa macam-macam, mulai dari menjadi tenaga ahli untuk penulisan naskah akademik pada institusi pemerintah, menjadi nara sumber atau pembicara di berbagai acara, dan memberikan jasa konsultasi bagi instasi pemerintah maupun swasta. Kadang pengabdian kepada masyarakat ini disebutnya ‘Proyek’. Nah boleh ga sih dosen tu mroyek?
Kalau lihat dari syarat kenaikan pangkat, justru perlu ada kegiatan pengabdian pada masyarakat. Saya dulu termasuk jarang melakukan pengabdian masyarakat, tentu ketika mengisi pelaporan kinerja jadinya diperingatkan oleh atasan saya untuk memiliki minimal satu kegiatan pengabdian masyarakat. Jadi rasanya ga mungkin dosen cuma ngajar doang, ga akan bisa naik pangkat, kalau ga naik pangkat banyak hal-hal yang tidak diperbolehkan untuk pangkat-pangkat tertentu, misal jadi tidak bisa membimbing mahasiswa, tidak bisa menjabat secara struktural, dll.
Lalu apakah gunanya kegiatan ini? Jelas ada gunanya untuk instansi yang memakai jasa, mereka mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Untuk dosen, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini menjadi wadah untuk aplikasi apa yang telah didapat dari penelitian yang dilakukan. Terkadang kami juga yang perlu interpretasi hasil-hasil penelitian ilmiah agar dapat diaplikasikan di dunia nyata, padahal secara filosofis tugas tersebut berada pada pundak para engineer di lapangan. Bagi para mahasiswa? apakah ada gunanya? ada! sama seperti penelitian mereka dapat terlibat langsung, atau mendapatkan paparan dan pengayaan dari dosen akan hal-hal yang didapat dari pengerjaan kegiatan pengabdian masyarakat ini.
Jadi ya, dosen mroyek itu ga buruk! Justru perlu dan diharuskan. Tentang prioritas, universitas tempat saya mengajar tetap memprioritaskan mahasiswa, ada aturan-aturan yang mengikat dosen agar tetap mengajar dan melakukan kegiatan pendidikan dan penelitian.
Penutup
Jadi itulah Tridharma Perguruan Tinggi, tiga kategori kerjaan kalau jadi dosen. Apakah cuma itu saja? tentu tidak ada tambahan yang namanya ‘kegiatan pendukung’ biasanya ini pekerjaan-pekerjaan terkait administrasi seperti akreditasi, manajemen prodi, manajemen lab, dlsb. Kerjaan dosen itu sangat beragam, cocok banget buat orang yang bosenan, karena kerjaannya dinamis. Apakah ada yang berminat jadi dosen?
Teh Dini, keren banget, aku pengen jadi dosen tapi kayanya ilmu ku belum cukup, masih harus belajar.
Semangat terus ya Teteh, kerjaan paling ideal jadi guru ni, amal jariyah, dan pastinya awet muda karena ketemu mahasiswa/mahasiswi terus π
LikeLike
Dosen. Profesi impian yang akhirnya harus dilupakan karena nasib membawa ke tempat lain… Eh? Lha, malah curcol… Hihihi… π
Sepakat banget tentang memprioritaskan pendidikan. Karena masih suka denger unsur pendidikan malah jadi agak terabaikan karena dosen sibuk mroyek… πΆ
LikeLike
Sebetulnya ada 1 pilar lagi sih yang menghabiskan porsi kerja dosen tapi nggak tertulis. Ngurusin printilan administrasi dengan dalih pengembangan institusi XD
Semangat Teh!
LikeLike
Ya itu yg paling bawah wakakaka… Kerjaannya banyak tp poinnya minim π
LikeLike
Aku jadi ingat teman sefakultasku dulu cerita dengan heran bahwa ada anak itb di kosannya begadang karena keasikan belajar :)) bagi fakultas kami itu sungguh absurd. Jangan2 teman kosannya itu jadi dosen juga ya sekarang π semangat, Teh Dini!
LikeLike
Hehe jadi inget Omku sering banget nanya kenapa engga jadi dosen aja?
Setelah ngerasain jadi asdos makin gamau jadi dosen, karena aku sering jadi tempat curhat dan sambat dosenku π
Semangaat Teh Dini!
LikeLike
Akuuuu dulu mau jadi dosen, pas kuliah S2 juga beasiswa dari ITB dengan harapan jadi dosen. Ternyata, suratan nasib berkata lain. Waktu lulus, kami dibebastugaskan karena ITB lagi peralihan badan hukum. Terus ya udah deh, jadi blogger aja deh, bisa belajar, berbagi ilmu dan pengabdian masyarakat sekalian hihihi.
LikeLike
Waaaah jadi ngerti sekarang apa arti istilah itu. Tapi emang ya, jadi pengajar itu nggak cuma mengajar, tapi beneran bisa mendidik jiwa murid2nya dan juga punya pengabdian sama masyarakat dan ilmu pengetahuan.
Luar biasa jasamu bapak ibu guru! Semangat teh dalam perannya di perguruan tinggi!
LikeLike